Sandy Bridge adalah jembatan teknologi prosesor ke masa depan. Pantas saja jika kami sebut begitu. Pasalnya, Sandy Bridge adalah perubahan terbesar yang dilakukan Intel sejak era Pentium 4.
Pada mikroarsitektur sebelumnya, Intel lebih banyak mengoptimasi kinerja tiap komponen, tanpa mengubah cara kerja komponen tersebut. Jika prosesor dianalogikan sebagai sebuah rumah, Intel cuma melakukan renovasi terhadap rumah tersebut.Namun di Sandy Bridge, Intel betul-betul membangun sebuah rumah baru. Seluruh komponen diperbarui, mulai dari branch predictor, out-of-order execution, sampai kerja memory subsystem.
Namun yang terpenting adalah Sandy Bridge adalah wujud sebenarnya dari fusion processor, alias prosesor yang menyatukan seluruh komponen prosesor ke dalam sekeping silikon.
Sebenarnya Intel sudah melakukan kebijakan integrasi ini sejak 2 tahun lalu. Pada generasi prosesor Bloomfield, mereka memasukkan memory controller. Pada Lynnfield, giliran PCI-E controller yang masuk. Puncaknya di era Clarkdale, ketika Intel chip grafis onboard.
Ada satu catatan penting dari seluruh proses tersebut: seluruh komponen sebenarnya masih terpisah dalam keping-keping silikon yang berbeda. Nah, hal itulah yang Intel rombak di Sandy Bridge. Seluruh komponen di dalam prosesor Sandy Bridge berada dalam sekeping silikon yang dibuat dengan fabrikasi 32nm.
Komponen di dalam prosesor ini sendiri kurang lebih sama seperti Nehalem. Yang pertama tentu saja inti prosesor. Pada Sandy Bridge generasi pertama ini jumlah inti masih 2 dan 4, namun akan disusul generasi berikutnya yang memiliki 6 dan 8 inti.
Masing-masing inti memiliki L2 cache sebesar 256KB. Kerja L2 cache dibantu dibantu cache level 3 (L3 cache) yang jumlahnya sama dengan inti dengan ukuran bervariasi antara 3-8MB, tergantung segmentasi. Sedangkan PCI Express, DMI, dan memory controller dan display interface berkumpul menjadi satu menjadi komponen yang disebut System Agent.
Anda mungkin bertanya, mengapa Intel susah payah mengumpulkan seluruh komponen ke dalam prosesor? Jawabannya karena ada banyak keuntungan dengan sistem saling terintegrasi seperti ini.
Yang utama tentu saja peningkatan performa, karena tiap komponen dengan mudah terhubung satu sama lain. Apalagi, Intel Intel menggunakan interkoneksi baru yang disebut Ring Bus di Sandy Bridge ini. Interkoneksi ini menghubungkan seluruh komponen, mulai dari chip prosesor, chip grafis, sampai cache. Ring Bus ini diklaim memiliki kecepatan sampai 384GB/s dengan latency yang minim.
Keuntungan lain adalah penurunan konsumsi daya serta ukuran inti, apalagi dengann fabrikasi 32nm yang digunakan Sandy Bridge. Sebagai perbandingan, prosesor Sandy Bridge empat inti memiliki 995 juta transistor, namun ukuran die-nya hanya 216mm2. Bandingkan dengan pendahulunya, Lynnfield, yang “cuma” memiliki 296 juta transistor, namun memiliki ukuran die 296mm2.
Namun pengintegrasian tersebut juga menyisakan efek negatif. Pada era Nehalem, clock generator (yang mengatur frekuensi kerja seluruh komponen) berada di motherboard, yang memungkinkan kita melakukan overclock dengan menaikkan base clock (BCLK). Namun di Sandy Bridge, clock generator dipindahkan ke dalam prosesor. Hal ini membuat overclock melalui BCLK menjadi sangat sulit. Kenaikan hanya berkisar di angka 5-6MHz saja.
Apakah berarti overclock menjadi mati? Tidak sih, cuma lebih terbatas. Satu-satunya cara adalah menaikkan multiplier prosesor. Namun sebagian besar prosesor Sandy Bridge multiplier-nya dikunci. Yang dibuka hanya prosesor Sandy Bridge dengan akhiran “K”, yaitu Core i5 2500K (4 inti, 3,3GHz, tanpa HyperThreading) dan Core i7 2600K (4 inti, 3,4GHz, dengan HyperThreading).
Ketika Intel Belum Kapok
Jika rajin menyimak perkembangan prosesor Intel, Anda mungkin menyadari perbedaan penamaan dari prosesor generasi Sandy Bridge ini.
Ya, prosesor baru ini memiliki sistem penamaan 4 angka, sementara versi sebelumnya 3 angka. Angka pertama dimulai dari angka 2, karena Intel menganggap Sandy Bridge sebagai prosesor Nehalem generasi kedua. Selain itu, ada pula akhiran K, T, dan S.
Akhiran K menunjukkan fasilitas multiplier yang bebas (tidak dikunci). Sedangkan prosesor akhiran T dan S memiliki TDP yang lebih kecil, yaitu 65 Watt (seri T) dan 45 Watt (seri S). Sekedar mengingatkan, prosesor Sandy Bridge “normal” memiliki TDP 95 Watt. TDP yang kecil menunjukkan seri T dan S ditujukan untuk sistem terintegrasi seperti Home Theater PC.
Total ada 29 prosesor berbasis Sandy Bridge yang Intel rilis, yang terbagi untuk segmen desktop (14 buah) dan notebook (15 buah). Dengan harga antara US$100-300, segmen yang ditempati prosesor baru ini adalah menengah ke bawah.
Segmen teratas masih diduduki prosesor dengan soket LGA1366 (contohnya Core i7-975), dan mungkin baru digantikan tahun depan. Penamaan Sandy Bridge sendiri tetap mengikuti sistem Core i3/i5/ i7.
Sebagai pegangan mudah, Sandy Bridge tipe Core i3 memiliki 2 inti, sementara untuk Core i5 dan i7 memiliki 4 inti. Namun perlu diingat kalau Core i5 seri Lynnfield juga ada yang 2 inti, sehingga pastikan Anda memilih prosesor Core i5 dengan 4 digit jika ingin menjajal Sandy Bridge.
Namun sejujurnya kami tidak bisa memberi panduan mudah menyangkut feature di dalam prosesor, seperti VT-x (Virtualization Technology), TXT (Trusted Execution Technology), maupun AES-IN (instruksi untuk membantu proses enkripsi/dekripsi file).
Intel sepertinya belum “kapok” untuk memperumit sistem penamaan prosesor mereka. Ambil contoh feature VT-x yang ada di Core i5-2400 namun tidak ada di Core i5-2300. Bayangkan: namanya mirip, namun feature di dalamnya berbeda. Jadi jika Anda butuh salah satu feature tersebut, coba Anda cek di ark.intel.com untuk memastikan keberadaannya.
Berikut adalah prosesor desktop versi “polos” dan K yang tersedia untuk segmen retail.
Turbo Boost 2.0Sejak era prosesor Nehalem, Intel telah memperkenalkan feature Turbo Boost.
Sekadar mengingatkan, Turbo Boost adalah kemampuan prosesor untuk meningkatkan kecepatan di atas standar jika mendeteksi TDP dan panas prosesor secara keseluruhan masih di bawah ambang normal. Hal itu biasanya terjadi ketika prosesor menjalankan aplikasi yang single-threading (seperti game), saat hanya satu atau dua inti yang bekerja. Karena inti lain istirahat—yang berarti jatah dayanya tidak terpakai—prosesor secara otomatis akan meningkatkan kecepatan inti yang sedang bekerja.
Pada prosesor Sandy Bridge, Intel menerapkan Turbo Boost dengan pendekatan yang lebih agresif. Intel menyadari peningkatan panas di prosesor tidak terjadi seketika, melainkan bertahap sampai mencapai batas maksimal.
Nah, jeda waktu itu dimanfaatkan Turbo Boost 2.0 ini untuk memacu prosesor sekencang-kencangnya; bahkan di atas batas TDP aman. Barulah ketika panas prosesor mendekati batas maksimal, TDP diturunkan ke batas aman. Jeda tersebut berlangsung singkat, hanya sekitar 25 detik, namun efektif untuk menangani proses dengan beban kerja tinggi seperti proses loading Photoshop.
Menariknya, jatah daya dan panas ini juga bisa dibagi untuk chip grafis. Maksudnya, jika inti prosesor sedang beristirahat sementara chip grafis bekerja keras, maka chip grafis dapat mengambil jatah prosesor untuk meng-overclock dirinya. Lagi-lagi, inilah keuntungan memiliki sistem terintegrasi seperti Sandy Bridge.
Grafis Lebih Gahar
Chip grafis onboard Intel selama ini sering dianggap sebelah mata.
Jika dibanding chip grafis AMD atau Nvidia, performanya terbilang jauh tercecer di belakang. Namun di Sandy Bridge ini, Intel seperti ingin menunjukkan kalau mereka juga bisa membuat chip grafis. Setidaknya, Sandy Bridge berambisi menjadi yang tercepat di kelas chip grafis onboard, bahkan memiliki performa yang setara dengan kartu grafis mandiri kelas low-end.
Secara arsitektur, sebenarnya tidak ada perubahan berarti karena chip grafis tersebut masih terdiri dari 12 execution processor. Namun Intel berhasil merombak chip tersebut agar bisa bekerja dua kali lebih cepat. Selain itu, karena sudah dibuat dengan fabrikasi 32nm, kecepatan chip juga bisa mencapai 1,35GHz. Yang perlu juga dicatat adalah dukungan terhadap Shader Model 4.1 dan DirectX 10.1.
Chip tersebut juga dilengkapi komponen khusus untuk melakukan decoding dan encoding format video populer seperti MPEG2, VC1, dan AVC. Sebenarnya Intel HD (chip grafis yang dipakai Clarkdale) juga bisa melakukan proses decoding dan encoding tersebut. Namun untuk melakukannya, Intel HD harus meminjam shader dari prosesor. Dengan kata lain, ia masih “ngerepotin” prosesor.
Nah, di Sandy Bridge, telah tersedia unit tersendiri untuk proses decoding itu. Enaknya lagi, karena unit shader prosesor menganggur, ia bisa digunakan untuk menangani pekerjaan video lain seperti pemberian efek.
Anda akan menemukan dua tipe chip grafis di Sandy Bridge, yaitu Intel HD Graphic 2000 dan 3000. Versi 2000—yang memiliki spesifikasi di bawah seri 3000—digunakan oleh semua prosesor Sandy Bridge kecuali seri K.
Sebenarnya pembagian ini agak membingungkan karena berarti Intel HD 3000 hanya digunakan oleh pengguna Intel Core Sandy Bridge versi K. Padahal seperti kami sebut di atas, pembeli seri K tersebut sepertinya overclocker yang mengejar fasilitas multiplier yang tidak dikunci. Mengingat overclocker adalah mereka biasanya rela membeli kartu grafis mandiri, maka seluruh kelebihan Intel HD 3000 jadi tidak termanfaatkan.
Sebaliknya, pembeli “biasa” yang kemungkinan besar menggunakan chip grafis onboard justru harus rela hanya menggunakan Intel HD Graphic 2000 yang lebih lambat. Sayang ya?
Platform Baru
Sayangnya, semua kelebihan tersebut hadir dalam soket yang berbeda. Sandy Bridge akan menggunakan soket LGA1155, berbeda dengan soket LGA1156 yang digunakan prosesor Lynnfield.
Meski beda cuma 1 pin, keduanya tidak kompatibel sehingga kita membutuhkan motherboard baru. Ada dua chipset yang disediakan Intel untuk LGA1155 ini, yaitu Intel P67 dan H67. Spesifikasi keduanya nyaris sama. Bedanya, H67 mendukung sistem grafis onboard, sementara P67 untuk sistem dengan kartu grafis mandiri.
Kesimpulan Awal
Melalui Sandy Bridge, Intel benar-benar mewujudkan konsep fusion processor yang sebenarnya lebih dulu didengung-dengungkan saingan abadi mereka, AMD.
Dengan konsep serba terintegrasi tersebut, Sandy Bridge menjanjikan kecepatan maupun konsumsi daya yang lebih baik. Perombakan di sisi chip grafis juga patut mendapat catatan tersendiri, karena membuat kita bisa mengandalkan sistem onboard untuk aplikasi 3D maupun video kualitas tinggi.
Kami akan menampilkan hasil pengujian Intel Core i5 2500K dan 2600K pada InfoKomputer edisi Februari 2011, termasuk seberapa besar kemampuan overclock dari Sandy Bridge.
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar